B. Arab

Pertanyaan

jelaskan hubungan alam dan manusia dalam pandangan islam

1 Jawaban

  • Hubungan Manusia dan Tuhan

    Hubungan manusia dalam hal pengabdian (Ibadah) kepada sang Pencipta itu diwujudkan agar manusia selalu berada dalam posisi mengabdikan diri kepada Sang Pencipta, ada dua tujuan hidup yang harus dilakukan manusia.

    ‘Abdullah

    Manusia menjadi ‘Abdullah atau manusia beribadah (mengabdi) kepada-Nya. Ibadah dapat diartikan sebagai wujud penyerahan total kepada Allah dengan melaksanakan apa yang menjadi perintah-Nya. Dalam pengertian sempit, beribadah adalah melakukan aktifitas-aktifitas ritual yang dilakukan degan penuh hikmat dan pemahaman, seperti Shalat, Zakat, Puasa, Haji, Dzikir. Dengan melakukan perintah-perintah Allah berupa Ibadah, diharapkan manusia memiliki kecenderungan untuk memiliki kepedulian terhadap lingkungan sosial.

    Semua Ibadah, yakni Sholat, Puasa, Zakat Haji dan sebagainya memiliki implisit sosial. Menurut Ismail R. Al-Faruqi dalam bukunya Tauhid, penyangkalan terhadap atau kelemahan dari, dimensi tersebut secara Ipso Facto membuat ritus-ritus itu menjadi batal. Misalkan, Haji yang berhasil akan mengantarkan pelakunya menjadi haji mabrur. Kemabruran seorang pelaku ibadah Haji, menurut Nurcholis Madjid dapat diketahui dari aktivitas-aktivitas sosial yang dilakukannya sesudah pelaksanaan Ibadah Haji. Bila ia menjadi lebih peduli dan memiliki kesediaan untutk membantu orang-orang yang ada sekelilingnya, maka ia memiliki tanda sebagai Haji Mabrur.

    Khalifah

    Manusia menjadi khalifah (pemimpin) di bumi, dalam Al-Qur’an Surat Al-Baqarah, 2: 30)

    “Ingatlah ketika Tuhanmu berfirman kepada para malaikat; Sesungguhnya Aku hendak menjadikan khalifah dimuka bumi”

    Allah hendak menjadikan Khalifah di muka bumi, menurut M. Dawam Raharjo, khalifah adalah fungsi manusia yang mengemban amanat dari Tuhan (QS. Al-Ahzab, 33: 72). Apakah amanat Tuhan kepada Manusia? Tidak lain adalah memberikan pelayanan terhadap sesama makhluk denfan menyabarkan kasih sayagn terhadap sesama (Rahmatan lil-‘alamiin) dan ber-amar ma’ruf nahi munkar.

    Hanya manusia –dan bukan makhluk lain- yang bersedia dan memiliki kemampuan untuk merealisasikan amanat sebagai wakil Tuhan. Tentang kesediaan manusia menerima amanat ini digambarkan oleh Al-Qur’an bahwa langit, gunung dan bumi menolak amanat itu, namun manusia menerimanya.

    “Sesungguhnya kami telah mengemukakan amanat kepada langit, bumi dan gunung-gunung, maka semuanya enggan untuk memikul amanat itu dan mereka khawatir akan mengkhianatinya, dan di pikullah amanat itu oleh manusia” (QS. Al-Ahzab, 33: 72)

    Menurut Ismail R. Al-Faruqi, syarat agar manusia dapat merealisasikannya adalah dengan kemerdekaan atau kebebasan. Manusia memiliki kemungkinan melaksanakannya atau tidak melaksanakannya, atau justru melakukan yang sebaliknya, atau melakukannya dengan setengah-setengah. Apabila manusia dapat melakukannya dengan baik, maka ia mengukuhkan dirinya sebagai makhluk yang berderajat paling tinggi diantara makhluk-makhluk yang berada di alam semesta ini. Rasul dan Nabi adalah contoh-contoh figur manusia yang mampu membuktikan kualitasnya sebagai khalifah dibumi dengan melakukan amanat sebaik-baiknya. Para orang-orang yng bersifat antagonis terhadap ajaran Rasul dan Nabi (Misalnya, Fir’aun, Qarun, dan sebagainya) adalah figur-figur yang telah tercatat sebagai khalifah di bumi yang gagal memenuhi amanat dari Tuhan.

Pertanyaan Lainnya